Kab.Tangerang

Pelayanan Dishub Kab.Tangerang Dipertanyakan 

Kab.Tangerang |wartaindonesiaterkini.com-
Dunia yang semakin berkembang ini, menjadi pintar saja tidak cukup. Kita juga harus mengembangkan ciri khas ataupun budaya yang sekiranya yang membekas di alam bawah sadar para pengguna layanan, dalam hal ini para mitra Kantor Pelayanan. Seperti yang kita tahu dan dunia luas akui, Indonesia terkenal dengan keramah-tamahan pendudukya. Dunia pun akan menjadi lebih indah bila kita semua tersenyum dan bergandengan tangan menuju satu tujuan yang sama, Indonesia nan jaya.

Instansi pemerintah di tingkat Kabupaten memang harus memberikan pelayanan terbaik kepada siapa pun yang datang, tanpa membeda-bedakan. Kualitas pelayanan publik yang prima ini penting untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, membangun kepercayaan publik, dan mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik.sehingga masyarakat merasa di hargai dan diakui keberadaanya sebagai warga negara.

Hal ini dialami dan diakui oleh wartawan saat berkunjung di Dinas Dishub/ PJU , Dibalik meja pelayanan terlihat muka seorang staf PJU terlihat masam. Tak ada rona keriangan sama sekali. Juga tak seguris senyum dia sunggingkan. Bahkan berhadapan dengan pelangganpun (stakeholder) tatapannya begitu dingin. Kalimat yang meluncur dibibirnya pun bernada datar, seolah-olah sudah diprogram bagai mesin robot.
Sedang wartawan itu dibekali dengan UU Keterbukaan Informasi Publik (KIP) No.40 Tahun 2008.

Ketika ada kedatangan wartawan / tamu yang bertanya seputar pekerjaan, jawabannya pun singkat”Ada apa Bu”, Benar-benar mirip robot yang terprogram. Sama sekali tak ada sentuhan manusiawi pada caranya melayani.
“Saat kami bertamu dengan harapan bisa keluar dari ruang kerjanya,tetapi apa yang terlihat yang hadir salah satu staf biasa suruhanya,”tegas wartawan.Jum’at (26/09/2025).

Seolah-olah pekerjaan melayani para pelanggan buatnya hanyalah aktivitas mekanis saja. Walhasil, para pelanggan/ wartawan yang berhadapan dengannya umumnya merasa “tidak nyaman”. Mereka seperti berhadapan dengan mesin robot, ” pungkas wartawan.

Wajarlah lalu muncul kesan bahwa sipetugas pelayanan itu telah terbebani oleh tugas yang dijalaninya untuk melayani para pelanggan. Kenapa bisa begitu? Apakah dia tidak memahami konsepsi “melayani”? padahal dia bekerja pada bidang itu (pelayanan). Wajar sekali jika pertanyaan itu muncul, karena selain memahami produk dan jenis layanan, sikap yang ramah terhadap pelanggan adalah wajib hukumnya untuk dilakukan.

Melayani Dengan Hati
Sebagai Aparatur Sipil Negara, sesuai dengan pendidikan dan sumpah jabatan dituntut untuk selalu senantiasa mengutamakan kepentingan masyarakat daripada kepentingan individual ataupun kelompok. Memperhatikan aspirasi yang muncul dalam masyarakat dan sigap untuk melaksanakan tugas dalam melayani sebagaimana kita ingin dilayani bila berada di posisi mereka.

“Rasanya, kalimat tersebut begitu sulit untuk dilaksanakan, namun sebenarnya dengan hal-hal kecil yang kita lakukan tersebut dapat menyenangkan para mitra Kantor Pelayanan. Melakukan pelayanan yang dilakukan dengan sepenuh hati bukan berarti menjadi pelayan. Tuhan juga melayani manusia yang jadi ciptaannya tapi Dia tak pernah menjadi pelayan manusia.

Lantaran bukan pelayan, dia tak harus merasa lebih rendah dari orang yang dilayani. Ada hubungan yang setara, karena itu sentuhan manusiawi lewat bahasa verbal maupun non verbal begitu penting,
Tentu saja ada etika tertentu yang mengatur cara seseorang memberikan pelayanan. Apakah ungkapan bahasa verbalnya sudah ramah, santun dan halus? Tentu saja bukan kalimat-kalimat yang “dipaksa” untuk merendah-rendahkan diri. Adapun unsur non verbal banyak sekali meskipun yang paling utama tentu saja roman alias rona muka dan gestur tubuh.

Secara sederhana, kesantunan, keramahan, kehalusan tutur kata, juga rona muka ceria, plus seulas senyum dan gestur tubuh ramah yang membuat nyaman orang yang dilayani bukanlah suatu hal yang sulit untuk dilakukan. Apa beratnya memulas seutas senyum sembari bertanya secara santun.

Nah, kemungkinan pegawai itu lupa bahwa untuk melayani para pelanggan tidak harus selalu dilakukan dengan cara-cara yang sulit. Kuncinya adalah tutur kata yang santun, ditambah dengan roman dan gestur tubuh dalam melayani yang bersahabat. Usaha yang demikian saja tentunya sudah mampu membuat nyaman para pelanggan.

Beberapa hal yang perlu dimiliki oleh orang-orang berprofesi di bidang pelayanan secara umum, harus Pesponsif, Transparan, Akuntabel dan Partisipatif .

(Red)